Pada hari kamisTanggal 5 November2020, telah dilaksanakan kegiatan Focus Group Discussion Grand Design Of Alternatif Developmentyang bertempat di aula Bappeda Kabupaten Bireuen pukul 10.00 wib dengan jumlah peserta 20 orang yang terdiri dari BNN, Kesbangpol, DPKP, Disperindakop dan UKM, Bappeda dan perangkat desa dari Gampong Bale Dhaka Peulimbang dan Meunasah Bungo Peudada.
Acara di pimpin langsung oleh kepala bidang Ekonomi, Sumber Daya Alam, Infrastruktur dan Kewilayahan bapak Saiful, ST. dilanjutkan dengan sambutan dari Kepala Bappeda Kabupaten Bireuen (Muslim,M.Si). dalam sambutannya bapak Muslim,M.Si menyampaikan bahwa dengan adanya program pengembangan Ekonomi melalui GDAD di Kabupaten Bireuen merupakan suatu upaya pemerintah dalam meningkatkan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Dalam hal ini masyarakat dapat mengembangkan usahanya dengan dalam bidangpertaniandanPerkebunan. Dengan berkembangnya usaha perberdayaan ekonomi masyarakat yang semakin membaik secara otomatis pendapatan masyarakat dapat ditingkatkan, maka kegiatan-kegiatan yang bersifat negatif untuk memenuhi kebutuhan seperti Penanaman pohon ganja, peredaran dan penyalahgunaan narkoba dapat dikendalikan secara perlahan.Dalam sambutan tersebut kepala Bappedamenambahkan bahwa pencegahandan pengawasan terhadap Peredaran dan penyalahgunaan Narkoba perlu mendapat dukungan semua pihak mulai dari tingkat gampong, kecamatan dan kabupaten.
Kemudian dilanjutkan Paparan dari nara sumber kepala BNNK Bireuen (Saiful Fadhli, S.STP.,M.Si) dalam paparannya sedikit menceritakan perjuangan beliau saat menerima tantangan dari BNN Pusat untuk mencari dan menentukan wilayah bekas lahan tanaman ganja yang akan dijadikan program GDAD. Bukan perkara mudah, dikarenakan lahan tanaman ganja yang ada dikabupaten Bireuen berada jauh dari permukiman. Perlu diketahui dari 3 kabupaten yang mendapat program GDAD di Aceh hanya Kabupaten Bireuen yang program GDAD nya berjalan lancar dan mendapat predikat terbaik.
Dalam upaya Peningkatan ekonomi lokal melalui program GDAD ini pemerintah juga perlu memperhatihan permasalah sesuai dengan kondisi lapangan misalnya : Kondisi sarana transportasi yang belum memadai termasuk jalan dan jembatan, masih kurangnya alat-alat mesin pertanian, Sumber Daya Manusia perlu ditingkatkan, dan pengendalian hama penyakit tanaman belum optimalserta permasalah lainnya yang kemungkinan akan muncul, tambah kepala BNNK Bireuen.
Keuchik Meunasah Bungo menanyakan apakah dalam program GDAD ini hanya berfokus pada satu komoditi jagung saja, beliau menginginkan untuk gampong Meunasah Bungo kecamatan Peudada dapat ditambahkan komoditi pisang. Melihat maraknya masyarakat menanam pisang di kecamatan Peudada. Begitu juga dengan Keuchik Bale Dhaka Peulimbang, beliau meminta untuk gampong Bale Dhaka didukung dengan komoditi cabai. ada alasan kuat kenapa masyarakat kami meminta komoditi cabai, Yang pertama dari dulu anak-anak muda di gampong kami sudah menanam cabai, jadi masyarakat di Bale Dhaka sudah sangat paham dengan proses dan tahapan dari persiapan lahan sampai panen. Yang kedua rata-rata masyarakat kami tidak memiliki lahan yang luas. Mereka Cuma punya tanah serantai dua rantai. Untuk budidaya jagung dengan luas lahan 2 rantai sudah pasti tidak bisa mencukupi kebutuhan sehari hari.
Menanggapi pertanyaan dari 2 keuchik tersebut, kepala BNNK Bireuen langsung menanggapinya dengan meminta mereka untuk mempersiapkan proposal 2 rangkap. 1 diantarkan ke kantor BNNK Bireuen untuk diteruskan ke BNN Pusat dan 1 lagi diserahkan ke Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Bireuen untuk menjadi bahan pertimbangan dan pengusulan kegiatan di tahap kabupaten dan provinsi.