Pupuk Iskandar Muda (PT PIM) menggelar Festival Paya Nie di lokasi Ekoduwisata Paya Nie, Gampong Blang Me Kecamatan Kuta Blang Kabupaten Bireuen pada hari Minggu 26 Februari 2023. Kegiatan ini merupakan komitmen PIM dalam menjalankan tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL) dalam operasionalnya. Perusahaan yang berbasis di Kabupaten Aceh Utara ini menghadirkan program CSR yang berkelanjutan dan sesuai kebutuhan masyarakat. Assistant Vice President TJSL Pupuk Iskandar Muda, Jufri, menjelaskan dalam pelaksanaan program, tim TJSL PIM terlebih dahulu melakukan social mapping untuk memetakan masalah, potensi, dan minat masyarakat, terutama komunitas di zona ring satu perusahaan.
“Setelah rekomendasi dari social mapping keluar termasuk melaksanakan beberapa kali Focus Grup Discussion bersama Pemerintah Kabupaten Bireuen, selanjutnya kita tindak lanjuti dengan pengecekan ke lapangan serta berkoordinasi dengan masyarakat setempat. Kita juga memastikan rekomendasinya sejalan dengan program yang kita jalankan,” ujar Jufri.
Salah satu program unggulan TJSL PIM adalah konservasi ekosistem rawa gambut Paya Nie di Kecamatan Kuta Blang, Bireuen, sejak 2021. Program yang disertai pemberdayaan masyarakat sekitar ini diberi nama Panel Daya (Paya Nie Lestari Berdaya). Kawasan Ekosistem air tawar seluas sekitar 300 hektare ini memiliki keanekaragaman hayati istimewa, tempat beragam jenis unggas, ikan endemik, dan tumbuhan langka hidup dan berkembang biak. Paya Nie terkenal dengan kehidupan bermacam spesies burung dan menjadi tempat burung-burung bermigrasi, sumber air, daerah resapan, dan sekaligus sumber ekonomi masyarakat di tujuh gampong yang menangkap ikan di rawa tersebut.
Salah satu rekomendasi social mapping terkait permasalahan dan potensi daerah adalah mengantisipasi alih fungsi area gambut Paya Nie yang mulai menjadi ladang dan kebun kelapa sawit. Jika tidak diantisipasi, fungsi Paya Nie akan terganggu secara besar-besaran. Kebiasaan segelintir masyarakat melakukan pengambilan ikan di Paya Nie dengan cara disestrum listrik serta diracun dan menangkap burung besar-besaran secara liar, membuat eksistensi ekosistemnya terancam punah. “Posisi water intake milik PIM berada Gampong Blang Mee menjadi pertimbangan lain bagi manajemen PIM untuk menjalankan program pelestarian Paya Nie ini,” kata Jufri.
Pencaharian mayoritas masyarakat Blang Mee adalah pekerja informal, seperti bertani dan pencari ikan. Kalangan ibu-ibunya menjadi perajin purun (budaya turun temurun) yang tumbuh subur di Paya Nie. Mereka dibina oleh PIM dalam wadah UMKM Beujroh. “Kegiatan ini sukses meningkatkan kapasitas ibu-ibu UMKM Beujroh, mereka merasakan peningkatan ekonomi dari hasil penjualan produk kerajinan purun,” kata Jufri.
Pencapaian yang telah diraih adalah kapasitas anggota kelompok meningkat, terkait teknik budi daya ikan gabus, diversifikasi kerajinan purun, dan pengelolaan wisata. Program TJSL Paya Nie telah dimasukkan ke Rencana Strategis (Renstra) PIM hingga lima tahun ke depan. Exit strategy sebagai best practice pengelolaan ekoeduwisata di Aceh. Dalam memastikan progres kegiatan sesuai perencanaan, PIM bekerja sama dan berkolaborasi dengan segenap stakeholder, seperti Pemerintah Kabupaten Bireuen, Aceh Wetland Foundation (AWF), dan perusahaan yang beroperasi di Bireuen. Jufri berharap program ini mendapat dukungan dari seluruh Insan Pupuk Indonesia Grup agar dapat menjadi program unggulan dan berkelanjutan.